Pengertian tsunami dan tanda terjadinya tsunami
Kata
tsunami berasal dari bahasa Jepang, yaitu tsu yang berarti pelabuhan dan nami
yang berarti gelombang laut. Secara harfiah, tsunami dapat diartikan sebagai
ombak besar di pelabuhan. Jadi, tsunami adalah adalah ombak besar yang terjadi
setelah gempa vulkanik gunung laut, gempa tektonik, atau hantaman meteor di
laut. Rangkaian gelombang laut ini mampu menjalar dengan kecepatan lebih dari
900 km per jam.
Tsunami
juga bisa terjadi akibat longsor. Contohnya adalah bencana longsor yang terjadi
di teluk Lituya, Alaska. Ketika itu, 81 juta ton es dan bebatuan jatuh ke teluk
sehingga menimbulkan gelombang yang menjalar cepat dengan ketinggian 350-500
meter.
Kecepatan
gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut yang memiliki
kedalaman 7.000 meter, kecepatan gelombang tsunaminya bisa mencapai 942,9 km
per jam. Kecepatan tersebut hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Akan
tetapi, ketinggian gelombang di tengah laut tidak lebih dari 60 cm sehingga
kapal yang sedang berlayar di tengah laut sangat jarang atau sedikit merasakan
tsunami.
Berbeda
dengan gelombang laut biasa, di laut lepas tsunami mempunyai panjang antardua
puncak gelombang sekitar 100 km dengan rentangan waktu 15 menit sampai 60
menit. Saat mencapai tepi laut, kedangkalan mencapai sekitar 30 meter sedangkan
kecepatan gelombang akan menurun dan ketinggian gelombang bertambah mencapai
puluhan meter. Gelombang tsunami ini bersifat merusak.
Sebagian
kota besar di Samudera Pasifik, terutama di Jepang dan Hawaii (Amerika
Serikat), memiliki peralatan sistem peringatan tsunami. Alat ini digunakan
untuk memprediski tanda dan proses terjadinya tsunami melalui institusi
seismologi yang dimonitor melalui satelit Amerika.
Beberapa
wilayah di Indonesia pernah mengalami gelombang tsunami, seperti tsunami akibat
letusan gunung Krakatau di Selat Sunda, serta tsunami akibat gempa tektonik di
Lampung, Aceh, dan Pangandaran, Jawa Barat.
Ada
beberapa petunjuk alam yang dapat diperhatikan sebagai tanda terjadinya
gelombang tsunami. Tanda-tanda alam seperti
terjadinya gempa bumi yang kuat, surutnya air secara tiba-tiba,
berkumpulnya ikan di tepi laut, serta keluar dan bercampurnya burung-burung dan
beberapa hewan dari hutan ke perkampungan penduduk. Tanda-tanda alam itu
merupakan bentuk peringatan dini yang sederhana dalam mengantisipasi datangnya
bahaya tsunami dan kerusakan yang lebih parah.
Penyebab terjadinya tsunami
Gelombang
tsunami terjadi karena peristiwa alam yang menyebabkan berpindahnya masa air
laut ke dalam jumlah besar. Letusan gunung api, gempa di dasar laut, tanah
longsor di dasar laut, runtunya gunung api laut, dan jatuhnya meteor atau benda
kosmis di laut menyebabkan terjadinya gelombang tsunami. Jika yang jatuh ke
laut adalah meteor yang ukurannya sangat besar, maka akan terjadi mega tsunami
yang ketinggian gelombangnya mencapai ratusan meter.
Gempa besar
tsunami terjadi akibat gempa bumi
tektonik di dasar laut. Gempa tersebut kemudian menghasilkan gerakan vertikal
pada kerak bumi yang menyebabkan dasar laut naik atau turun sehingga
mengganggu keseimbangan air laut di
atasnya. Hal ini selanjutnya mengakibatkan aliran energy air laut yang ketika
sampai di pantai menjadi gelolmbang besar yang pada akhirnya menghasilkan
tsunami.
Kemungkinan
atas terjadinya mega tsunami yang menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau
diperkuat oleh beberapa bukti alam seperti letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 yang menimbulkan tsunami dahsyat.
Gelombang
tsunami tersebut mampu menyapu provinsi Lampung dan Banten serta menenggelamkan
pulau-pulau kecil di sekitarnya sehingga rata dengan permukaan air laut di
Selat Sunda. Gelombang tsunami dengan tinggi 40 meter telah menghancurkan
hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36.000 penduduk.
Dampak tsunami terhadap lingkungan alam dan sosial
Kita
mungkin masih mengingat dahsyatnya gelombang tsunami yang menyapu Provinsi Aceh
pada tahun 2004 yang menyebabkan tewasnya 250.000 jiwa. Energi tsunami bisa
mencapai 10% dari energy gempa pemicunya. Gempa dengan kekuatan 9 skala Richter
akan menghasilkan gelombang tsunami yang kekuatannya setara dengan 100.000 kali kekuatan bom atom Hiroshima.
Selain itu,
faktor bentuk pantai, dasar laut wilayah pantai, sudut datangnya gelombang, dan
bentuk bagian depan gelombang tsunami yang menghadap ke pantai, sangat
berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Bencana tsunami yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu telah banyak menimbulkan korban, baik di Indonesia
maupun di dunia.
Korban
tewas akibat tsunami biasanya terjadi karena tenggelam, terseret arus, terkubur
pasir, terhantam serpihan atau puing, dan lain-lain. Bentuk kerusakan
lingkungan hidup di daerah yang dilanda gelombang tsunami antara lain adalah pencemaran air dan tanah,
kerusakan dan kehancuran pemukiman, bangunan pantai, lahan pertanian, hutan,
perkebunan, dan pertambakan.
Tsunami
juga dapat meluluhlantahkan fasilitas ekonomi seperti pasar, perbankan, kegiatan
produksi, musnahnya perahu nelayan, pertokoan, perhotelan, dan lain-lain.
Tsunami juga menyebabkan terjadinya kerusakan fasilitas umum seperti jalan
raya, jembatan, rel kereta api, dan pelabuhan.
Demikianlah
penjelasan mengenai pengertian tsunami, tanda-tanda gelombang tsunami, penyebab
terjadinya gelombang tsunami dan dampak terjadinya tsunami terhadap lingkungan
alam dan sosial.
0 komentar:
Posting Komentar